JAKARTA – Perekonomian Kalimantan Utara (Kaltara) pada triwulan IV 2018 diperkirakan tumbuh lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Kaltara diperkirakan berada dalam kisaran 7,10 hingga 7,50 persen (yoy). Ini disampaikan Gubernur Kaltara Dr H Irianto Lambrie, berdasarkan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kaltara Agustus 2018 yang dirilis Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Kaltara pada 24 Agustus lalu. “Menurut penilaian BI, dari sisi lapangan usaha, meningkatnya ekonomi Kaltara bersumber dari peningkatan kinerja lapangan usaha pertambangan dan konstruksi,” kata Gubernur.
Dari lapangan usaha pertambangan, komoditas batubara akan menjadi pendorong
pertumbuhan ekonomi Kaltara di triwulan IV 2018. Kinerja pertambangan diperkirakan
membaik didorong kenaikan volume produksi batubara yang turut didukung oleh tren
penguatan harga batubara. Selain itu, beberapa pelaku usaha pertambangan di wilayah Kaltara tetap optimis peningkatan produksi sejalan dengan membaiknya harga batubara sejak tahun lalu. “Ditambah menguatnya permintaan dari negara mitra dagang utama seperti India, Tiongkok dan negara di kawasan Asia Tenggara turut memberikan sumbangan positif terhadap kinerja lapangan usaha pertambangan,” urai Irianto.
Dari lapangan usaha konstruksi, percepatan pembangunan infrastruktur di Kaltara akan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. “Akselerasi pembangunan infrastruktur
oleh pemerintah daerah diperkirakan akan tetap tinggi pada triwulan IV 2018. Beberapa proyek strategis baik dari pemerintah dan swasta seperti pembangunan PLTA Kayan Tahap I, RSUD Tipe B Tanjung Selor dan RS Pertamina serta jalan paralel perbatasan akan menopang pertumbuhan lapangan usaha konstruksi,” ungkap Gubernur.
BI juga menilik, dari sisi pengeluaran, meningkatnya kinerja ekspor luar negeri dan investasi pada triwulan IV 2018 turut memberikan kontribusi yang positif terhadap perekonomian Kaltara. Meningkatnya kinerja ekspor luar negeri, sejalan dengan kenaikan kinerja lapangan usaha pertambangan terutama pada komoditas batubara yang menguasai pangsa ekspor luar negeri Kaltara. “Harga batubara internasional diperkirakan masih berada di level yang tinggi sejalan dengan tren kenaikan harga minyak dunia. Begitupula dengan investasi yang diperkirakan tumbuh membaik pada
didorong oleh peningkatan realisasi investasi bangunan dan non bangunan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta terutama di akhir tahun sesuai pola historisnya,” jelas Irianto.
Dari penilaian itu, BI menaksir bahwa secara kumulatif tahunan, ekonomi Kaltara tahun ini diperkirakan tetap akan tumbuh positif meskipun tidak sekuat tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Kaltara diperkirakan berada dalam range sebesar 5,80 hingga 6,20 persen (yoy). “Melambatnya kinerja lapangan usaha pertambangan dipengaruhi oleh level kenaikan harga yang tidak setinggi tahun sebelumnya menjadi faktor utama perlambatan ekonomi Kaltara tahun 2018. Dari lapangan usaha industri pengolahan, tren penurunan harga komoditas produk olahan sawit yaitu CPO turut berpengaruh terhadap melambatnya kinerja ekonomi Kaltara secara keseluruhan,” papar Gubernur.
Di sisi pengeluaran, penurunan kinerja lapangan usaha utama berdampak kepada kinerja perdagangan luar negeri dan dalam negeri Kaltara yang tumbuh melambat pada tahun ini.
Triwulan II, Ekonomi Kaltara Tumbuh 4,6 Persen
Dari hasil KEKR BI, perekonomian Kaltara di triwulan II 2018 mengalami
perlambatan dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan
ekonomi Kaltara pada triwulan II 2018 tercatat 4,6 persen (yoy) lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,6 persen (yoy). “Meskipun pertumbuhan ekonomi Kaltara melambat, namun secara spasial pertumbuhan ekonomi Kaltara masih berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi se-Kalimantan yang tumbuh sebesar 3,3 persen (yoy). Sementara itu, capaian pertumbuhan ekonomi
Kaltara tersebut berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang
tumbuh 5,3 persen (yoy) pada triwulan II 2018,” urai Irianto.
Dari sisi pengeluaran, melambatnya pertumbuhan investasi (PMTB) dan kinerja net ekspor antar daerah yang mengalami kontraksi menjadi penyebab melambatnya ekonomi Kaltara triwulan II 2018. “Investasi tumbuh melambat dipengaruhi oleh melambatnya kinerja investasi bangunan terutama dari swasta. Lalu, kinerja perdagangan antardaerah mengalami perlambatan di tengah penurunan ekspor ke daerah lain sejalan dengan penurunan produksi industri pengolahan,” jelas Gubernur. Sementara itu, impor antar daerah meningkat seiring dengan menguatnya kebutuhan barang konsumsi saat perayaan Hari Raya Idul Fitri.
Berdasarkan lapangan usaha, perlambatan ekonomi Kaltara pada triwulan II 2018 disebabkan oleh melemahnya kinerja lapangan usaha industri pengolahan dan konstruksi. Lapangan usaha industry pengolahan mengalami penurunan dipengaruhi oleh melambatnya harga komoditas produk olahan perkebunan. “Selain itu, kinerja lapangan usaha konstruksi turut mengalami penurunan bersumber dari penurunan kinerja investasi bangunan dari swasta. Di sisi lain, lapangan usaha pertambangan tumbuh meningkat dipengaruhi oleh kenaikan produksi komoditas batubara dampak membaiknya cuaca dan membaiknya harga batubara acuan,” tutup Gubernur.(humas)