October 6, 2025
Kaltara Nunukan

Kasus Keracunan MBG di Nunukan Meluas, SPPG Dihentikan Sementara

  • Oktober 6, 2025
  • 2 min read
Kasus Keracunan MBG di Nunukan Meluas, SPPG Dihentikan Sementara

KALIMANTAN RAYA, NUNUKAN Jumlah korban keracunan makanan bergizi gratis (MBG) di Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, bertambah signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) Nunukan memastikan total kasus mencapai 145 orang, setelah sebelumnya dilaporkan hanya 82 korban.

“Hasil investigasi kami di Pulau Sebatik kemarin, ternyata bukan 82 orang, tapi ada 145 orang,” kata Kepala Dinkes Nunukan, Miskia, Kamis (2/10/2025).

Miskia merinci, 34 pasien saat ini dirawat di RS Pratama Sebatik, 16 pasien di Puskesmas Sei Nyamuk, sementara 95 pasien lainnya ditangani di Puskesmas Aji Kuning serta Lourdes.

Untuk memastikan penyebab keracunan, Dinkes sudah mengambil sampel makanan dan muntahan korban. Sampel makanan dikirim ke Balai POM Tarakan, sedangkan sampel muntahan diperiksa di Laboratorium Surabaya.

“Kita juga akan melakukan analisa epidemologi setelah ada hasil pemeriksaan, agar bisa melihat sumber masalah dan penyebabnya,” jelas Miskia.

Selama penyelidikan, Dinkes merekomendasikan penghentian sementara Sentra Pemberdayaan Penyedia Gizi (SPPG) di Sebatik Tengah. Pihak pengelola diwajibkan memenuhi sejumlah syarat sebelum kembali beroperasi, seperti memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS), memastikan kondisi kesehatan penyedia makanan, mengikuti penyuluhan keamanan pangan, hingga memperbaiki sarana dan prasarana.

“Ketika SPPG nanti kembali berjalan rutin, Dinkes Nunukan akan melakukan inspeksi sanitasi sebulan sekali,” tegas Miskia.

Keracunan massal ini diduga dipicu menu MBG hari kedua, yakni telur rebus sambal balado, tahu, tumis wortel campur kol, dan semangka. Dari total 992 paket makanan yang dibagikan oleh Yayasan Bina Pendidikan Yatim, 145 anak dilaporkan mengalami gejala keracunan.

“Dugaan kami dari telur rebus. Kalau beli telur itu kan tidak terlihat kualitasnya. Tapi ini baru indikasi ya, belum pasti. Yang jelas, anak-anak yang keracunan kebagian telur dengan kualitas buruk,” ujar Miskia.

Meski demikian, pihaknya menegaskan bahwa kepastian penyebab masih menunggu hasil laboratorium. Dinkes juga meminta agar setiap menu MBG wajib dilaporkan terlebih dahulu untuk bisa diawasi dari sisi bahan mentah, cara pencucian, hingga standar pengolahan makanan.

Kasus keracunan massal ini terjadi pada Rabu (30/9/2025) sore dan langsung menyita perhatian Bupati Nunukan, Irwan Sabri. Ia menegaskan SPPG yang baru beroperasi dua hari di Sebatik Tengah akan dinonaktifkan sementara.

“SPPG pasti kita nonaktifkan dulu sampai ada kejelasan, apakah menu yang disajikan beracun atau ada faktor lain yang mengakibatkan puluhan anak keracunan,” kata Irwan saat meninjau korban.

Dinkes Nunukan berencana menggencarkan edukasi ke masyarakat, membangun sistem surveilans cepat, serta membentuk Tim Surveylans Gerak Cepat di tiap puskesmas untuk memperkuat respon jika kasus serupa kembali terjadi.

Leave a Reply