
Kalimantan Raya, Tarakan – Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Utara kembali menggelar kegiatan edukasi keuangan bagi masyarakat. Kali ini, sasarannya adalah para pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang Jalan Mulawarman, Kota Tarakan. Kegiatan tersebut berlangsung pada Sabtu malam, (17/5).
Dipimpin oleh staf BI Muh. Zuni Ristiyanto bersama sepuluh pegawai, tim Bank Indonesia turun langsung ke lapangan untuk menyosialisasikan dua hal utama, yakni pengenalan ciri-ciri keaslian uang Rupiah dan pemanfaatan QRIS sebagai sistem pembayaran yang efisien. QRIS, yang merupakan singkatan dari Quick Response Code Indonesian Standard, disebut sebagai metode pembayaran yang cepat, mudah, murah, aman, dan andal.
“Edukasi ini penting agar masyarakat bisa mengenali uang palsu dan tahu apa yang harus dilakukan jika menemukannya,” kata Zuni.
Bank Indonesia menjelaskan, masyarakat yang menemukan uang yang diragukan keasliannya tidak diperkenankan untuk mengedarkannya kembali. Langkah yang tepat adalah melapor ke kantor Bank Indonesia terdekat atau, jika tidak tersedia, melalui bank umum yang akan meneruskan laporan tersebut ke BI untuk klarifikasi.
Dalam edukasi tersebut, disosialisasikan pula metode 3D, Dilihat, Diraba, Diterawang sebagai cara mudah mengenali uang asli. Lewat pengamatan visual, masyarakat dapat memperhatikan fitur seperti benang pengaman, perubahan warna gambar (color shifting), dan gambar tersembunyi (latent image). Sementara melalui sentuhan, uang asli memiliki tekstur kasar di bagian tertentu dan dilengkapi kode khusus bagi penyandang disabilitas netra. Saat diterawang, akan tampak watermark, electrotype, dan logo Bank Indonesia yang hanya bisa dilihat jika diarahkan ke cahaya.
Bank Indonesia, sebagai otoritas yang sah dalam menentukan keaslian Rupiah sebagaimana diatur dalam UU No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, juga membuka kesempatan bagi masyarakat untuk meminta klarifikasi jika menemukan uang yang mencurigakan.
Kegiatan edukatif ini menjadi bagian dari upaya rutin Bank Indonesia dalam meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Ke depan, program serupa akan terus digelar di pasar-pasar, sekolah, komunitas, dan juga diperluas melalui platform digital.