Kalimantan Raya, Mekkah – Dalam lawatannya ke Arab Saudi pekan ini, Senator Herman menarik perhatian bukan hanya karena agendanya sebagai wakil rakyat, melainkan juga karena pilihan busananya. Ia tampil mengenakan batik khas Kalimantan Utara, sebuah pilihan yang sarat makna kultural dan politis.
Batik Kaltara yang dikenakan Herman menampilkan motif-motif etnik yang merepresentasikan kekayaan hayati dan budaya masyarakat pesisir dan pedalaman Kalimantan Utara. Di tengah keriuhan diplomasi antarnegara, Herman membawa pesan sederhana namun kuat: kebudayaan lokal layak mendapat panggung global.
“Dimanapun kita berada, Batik Kaltara tetap harus dikumandangkan,” tulisnya dalam unggahan media sosial, disertai foto dirinya berdiri di depan Masjid Nabawi.
Pilihan Herman ini bukan sekadar urusan mode. Ia menjadikan batik sebagai alat diplomasi lunak, sebuah jembatan antara tradisi dan dunia internasional. Batik Kaltara yang selama ini masih terbilang asing di mata publik luar negeri, diangkatnya sebagai simbol eksistensi daerah dalam percaturan budaya dunia.
Langkah ini juga dinilai sebagai bentuk konsistensi Herman dalam memperjuangkan otonomi daerah. Ia kerap menekankan pentingnya pemerintah pusat memberikan ruang lebih besar kepada daerah untuk menampilkan identitas dan potensi masing-masing, termasuk melalui jalur budaya.
Di tengah tren globalisasi yang kerap menggerus akar lokal, Senator Herman seolah mengingatkan: bahwa di balik setiap motif batik, tersimpan narasi panjang tentang tanah, manusia, dan peradaban yang tak boleh dilupakan.
