June 23, 2025
Kaltara Nunukan

Ancaman Krisis Pangan Akibat Pengetatan Perbatasan Malaysia

  • Februari 9, 2025
  • 2 min read
Ancaman Krisis Pangan Akibat Pengetatan Perbatasan Malaysia

NUNUKAN – Musibah banjir di dataran tinggi Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara, baru saja berlalu, namun keresahan terus mengintai warga.

Terbaru, pengetatan sempadan atau perbatasan RI-Malaysia di wilayah Bakelalan berdampak pada kelangkaan sembako, khususnya bagi masyarakat di Krayan Selatan.

“Beberapa hari ini, Krayan Selatan mengalami kelangkaan stok sembako. Ada pengetatan sempadan (perbatasan) oleh polisi, sehingga persediaan sembako kita mungkin hanya cukup seminggu ke depan. Musibah lain bagi Krayan,” ujar Camat Krayan Selatan, Oktafianus Ramli, pada Minggu (9/2/2025).

Umumnya, kebijakan di perbatasan dapat diketahui oleh warga setempat dan menyebar dengan cepat.

Namun kali ini, alasan di balik penjagaan ketat di perbatasan Krayan-Bakelalan tidak diketahui secara pasti.

“Alasannya belum pasti bagi kami. Dengar-dengar, hal ini terkait insiden penembakan WNI di perairan Tanjung Rhu, Banting, Selangor, Malaysia pada Januari lalu,” kata Oktafianus.

Ia menjelaskan bahwa mayoritas barang di Krayan berasal dari Malaysia.

Dengan diberlakukannya pengetatan sempadan, bukan hanya Krayan Selatan yang akan merasakan kelangkaan sembako, melainkan juga lima kecamatan lainnya di Krayan.

“Kemarin ada 17 mobil yang dikembalikan ke Lawas. Malaysia tidak mengizinkan barang dibawa masuk ke Indonesia,” tuturnya.

“Yang boleh dibawa masuk Indonesia itu hanya barang-barang yang memiliki dokumen resmi atau surat pengantar dari Indonesia,” tambahnya.

Seiring dengan kelangkaan pasokan, harga sembako di Krayan pun mulai melonjak.

Gula pasir, misalnya, yang biasanya dijual seharga Rp 23.000 per kilogram, kini dibanderol antara Rp 28.000 hingga Rp 30.000.

“Yang paling drastis adalah harga elpiji 14 kg Petronas. Biasanya kita bisa mendapatkan dengan harga sekitar Rp 250.000, sekarang harganya mencapai Rp 500.000,” ungkap Oktafianus.

Dalam situasi sulit ini, Oktafianus berharap agar kondisi Krayan menjadi perhatian pemerintah.

Ia menyatakan bahwa kebutuhan masyarakat di Krayan masih sangat bergantung pada pasokan dari Malaysia.

Selain itu, masyarakat juga belum mengetahui hingga kapan pengetatan sempadan ini akan diberlakukan.

“Kami sudah sempat bersurat ke Pemerintah Daerah saat terjadi bencana banjir. Kami harap itu bisa jadi dasar untuk mempercepat bantuan dan mengantisipasi kelangkaan sembako di Krayan secepatnya,” ujar Oktafianus penuh harapan.