NUNUKAN – Anggota DPRD Nunukan, Kalimantan Utara, melakukan inspeksi mendadak terhadap sejumlah proyek 2024 yang belum selesai, termasuk pembangunan Tugu Adipura di alun-alun Kota Nunukan.
Mereka geram melihat hasil pengerjaan tugu yang dinilai tidak sesuai ekspektasi.
Tugu berbentuk segi lima tersebut dinilai kasar, dengan keramik yang terpasang tidak simetris.
Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang kualitas tukang dan kredibilitas kontraktor.
“Sangat disayangkan, Tugu Adipura yang seharusnya menjadi ikon Nunukan malah dibuat amburadul. Kami menginginkan tugu ini layak disebut maskot Nunukan,” ujar anggota DPRD, Sadam Husein, Rabu (8/1/2025).
Sadam menilai janggal bahwa proyek senilai lebih dari Rp 406 juta ini belum rampung sejak dimulai pada Agustus 2024, padahal ukurannya kecil dan seharusnya bisa selesai dalam sebulan.
“Jika tidak bisa diselesaikan dengan baik, lebih baik proyek ini diberikan kepada kontraktor lain. Tugu ini harus layak dan estetik,” lanjut Sadam.
Menurutnya, tugu sebagai simbol harus memperindah kota dan memberikan kesan positif, baik untuk warga maupun pendatang. Ia mengusulkan sayembara desain agar hasilnya lebih membanggakan.
“Bangunan seperti ini justru merugikan keuangan daerah. Tugu Adipura bukan hanya simbol kebersihan, tetapi juga pengingat bahwa masih ada wilayah kumuh yang membutuhkan perhatian,” tegas Sadam.
Anggota DPRD Andre Pratama turut menyayangkan pengerjaan yang sembrono, terutama pada material keramik yang tampak murahan dan tidak presisi.
“Keramiknya tidak presisi dan nutnya tidak ketemu. Kualitasnya sangat buruk dibandingkan dengan Tugu Dwikora. Harus segera dibongkar dan diganti,” ujar Andre.
Sebagai informasi, Kabupaten Nunukan meraih penghargaan Adipura pada 2023 dan 2024.
Penghargaan tersebut rencananya dipajang di tengah kota dalam bentuk tugu sebagai simbol kebanggaan.