– Sudah Lakukan MoU, Sejumlah Investor Siap Investasi di Kaltara
BEIJING – Melalui komunikasi yang intens dan promosi yang tak kenal lelah, Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) Dr H Irianto Lambrie beserta jajarannya, terus berupaya menggaet investor ke Kaltara. Implementasinya, sejumlah perusahaan berkelas dunia, baik dari dalam negeri maupun luar negeri berminat untuk investasi di Bumi Benuanta—sebutan Kaltara.
Tak sekedar berencana, niatan berinvestasi tersebut telah dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU). Hal ini sebagai bentuk komitmen dan keseriusan perusahaan untuk menanamkan investasinya di Kaltara.
Sejak lima tahun usia Kaltara, seiring dengan gagasan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara membangun Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah Kuning-Mangkupadi di Bulungan dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), sejumlah investor telah menandatangani MoU dengan Pemprov Kaltara.
Di antaranya, ada PT Inalum (persero) yang akan membangun industri smelter di KIPI Tanah Kuning-Mangkupadi, dan PT Wijaya Karya (Wika). Kemudian dengan sejumlah investor dari China, Sanghai Honghua dan beberapa lainnya. Termasuk perusahaan raksasa asal Korea Selatan, Hyundai Group yang akan membangun PLTA di Kaltara.
Yang teranyar, dari rencana investasi, sejumlah investor dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) menandatangani MoU, baik dengan pemerintah daerah maupun antar perusahaan yang akan melakukan kerja sama investasi di Kaltara.
Penandatanganan MoU dilaksanakan di Beijing, China (RRT) di sela acara pertemuan Belt and Road Trade and Investment Forum yang digelar di ibukota RRT tersebut, beberapa hari lalu. Selain Gubernur yang hadir dalam langsung dalam penandatanganan MoU tersebut, juga disaksikan oleh Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Luhut B Panjaitan serta sejumlah pejabat kementerian terkait, baik dari RRT maupun Republik Indonesia (RI). “Alhamdulillah, ini menjadi kabar menggembirakan bagi kita semua, utamanya masyarakat Kaltara. Sebuah progres kemajuan yang signifikan, hari ini (Jumat, 13/4 waktu setempat) telah dilakukan pertemuan khusus antara para pimpinan perusahaan Indonesia dan RRT. Termasuk wakil dari pemerintah. Dalam pertemuan tadi kita lakukan penandatanganan MoU kerja sama antara perusahaan Indonesia dan RRT untuk investasi di Kaltara,” ungkap Irianto usai menyaksikan penandatanganan MoU tersebut.
Disebutkan, beberapa perusahaan Indonesia yang telah menandatangani MoU tersebut di antaranya, ada PT Kayan Hidro Energy, PT Dragon Land, PT Kayan Energy Lestari, PT Kayan Hidro Power Nusantara, PT Wijaya Karya dan beberapa lainnya.
Sementara dari perusahaan China, ada Gezhouba Group melalui PT Gezhouba Kaltara, China Gold, Sinopec, PT Han Energy, China Power, China Three Gorges dan beberapa perusahaan besar lainnya (selengkapnya lihat grafis). “Selain saya, selaku Gubernur Kaltara, penandatanganan MoU tadi juga disaksikan oleh Menko Maritim (Luhut B Panjaitan), Kepala BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) RI-Thomas Lembong-dan beberapa pejabat kementerian terkait, baik dari Indonesia maupun dari RRT,” ujarnya.
Gubernur berharap dari MoU ini, bisa segera ditindaklanjuti dengan progres selanjutnya di lapangan. Sehingga harapan agar investasi di Kaltara bisa terealisasi, akan segera terwujud. “Dukungan semua pihak, utamanya masyarakat Kaltara sangat diharapkan untuk percepatan terealisasinya investasi di Kaltara,” ujar Irianto.
Dikatakan, investasi merupakan faktor utama untuk menumbuhkan ekonomi di Kaltara. Dengan adanya investasi, akan membuka lapangan kerja seluas-luasnya. Tak hanya itu, investasi juga memberikan efek positif untuk kemajuan ekonomi di wilayah sekitar perusahaan, dan tentunya juga akan menumbuhkan ekonomi di Kaltara. Sehingga pada akhirnya kesejahteraan mayarakat akan semakin meningkat.
Gubernur mengatakan, di sela-sela penandatanganan MoU, dirinya menyempatkan bertemu Vice President PT Han Energy, salah satu investor dari RRT yang juga telah menandatangani MoU dengan PT Kaltara Energi Lestari (KEL).
Han Energy, kata Irianto, adalah perusahaan di bidang energi yang telah memiliki bendungan dan PLTA berkapasitas 1.000 Megawatt (MW) di Lixiang, RRT. Bekerjasama dengan perusahaan lokal, Han Energy akan membangun PLTA 250 MW di Sei Sembakung, Nunukan. “Dari pihak Han Energy tadi menyebut, bisa menyelesaikan bendungan dan PLTA tahap I dengan kapasitas 250 MW dalam waktu hanya 3 tahun selesai,” katanya. Pihak Han Energy, lanjut Gubernur, sekarang dalam tahap melengkapi izin Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Begitu pun dengan izin lokasi dan izin prinsip yang juga sudah ada.
Jika bendungan PLTA tahap I selesai dikerjakan, imbuh Irianto lagi, Han Energy akan melanjutkan pembangunan bendungan tahap II. Di mana dalam pelaksanaannya, akan bekerja sama dengan Pemerintah Malaysia. Karena genangan bendungan, sebagiannya masuk wilayah Malaysia. “Selain untuk memenuhi listrik, dengan adanya bendungan ini diharapkan juga bisa mengatasi banjir yang selama ini kerap terjadi di Sembakung,” tutupnya.(humas)
Perusahaan RRT-RI yang Menandatangani MoU untuk Rencana Investasi di Kaltara
- PT Indonesia Dafeng Heshun Energi Industri, melakukan MoU dengan China Gezhouba Group International Engineering Co. Ltd.
– Support Pembangunan PLTA Kayan, Kaltara
– Nilai Investasi : USD 10 billion
- PT Adhidaya Suprakencana melakukan MoU dengan China Gezhouba Group International Engineering Co. Ltd
– Rencana Proyek Kawasan Industri di Kaltara
– Nilai Investasi : USD 10 billion
- PT Dragon Land melakukan MoU dengan East China Engineering Science and Technology Co. Ltd
– Persetujuan Pembangunan Industri Pengolahan Dimethyl Eter (DME) Coal ke Gas Berkapasitas 2 MTPA di KIPI Tanah Kuning-Mangkupadi, Kaltara
– Nilai Investasi : USD 700 million
- PT Kayan Hydro Energy melakukan MoU dengan Sinchydro Corporation Ltd.
– Joint Venture Rencana Kerjasama Pembangunan PLTA Kayan.
– Nilai Investasi : USD 17,8 billion
- PT Prime Steel Indonesia melakukan MoU dengan Metallurgical Corporation of China Ltd.
– Joint Venture Pengembangan Industri Steel Smelter di Kaltara Berkapasitas 3 x 1 juta ton per tahun
– Nilai Investasi : USD 1,2 billion