
Kalimantan Raya, Tarakan – Bau solar masih menempel di tangan Agus. Seorang pekerja Service Advisor Bengkel Toyota di kawasan Mulawarman, ia menyeka keringat yang menetes saat membuka tangki bahan bakar sebuah mobil. “Isinya keruh, agak kehitaman,” katanya. Sudah lebih dari seminggu, pria itu menerima pelanggan dengan keluhan serupa: mesin brebet, tenaga hilang, hingga mogok total. Hampir semuanya baru saja mengisi bahan bakar di SPBU resmi.
Agus tak sendiri. Bengkel-bengkel lain di Tarakan turut kebanjiran kendaraan yang menunjukkan gejala serupa. Dari mobil pribadi, pikap pengangkut barang, hingga motor dinas pegawai negeri. Semua bermuara pada satu dugaan: ada yang tidak beres dengan BBM.
Kabar tentang BBM yang menyebabkan kerusakan kendaraan merebak cepat, terutama di media sosial. Warga membagikan foto-foto tangki kendaraan yang isinya tampak keruh. Beberapa bahkan memperlihatkan filter solar yang tersumbat oleh kotoran hitam pekat.
Menyadari keresahan itu, PT Pertamina Patra Niaga Region Kalimantan langsung turun tangan. Sales Branch Manager Kaltimut V Fuel, Ferdi Kurniawan, mendatangi sejumlah SPBU. Bersama tim, ia melakukan pengecekan kualitas BBM: mulai dari warna, densitas, hingga temperatur.
“Memang ada perubahan warna,” ujar Ferdi saat ditemui wartawan. Ia tak mau gegabah menyimpulkan. Pertamina telah mengambil sampel dan mengirimkannya ke laboratorium untuk diuji lebih lanjut. “Kita akan mencari penyebab pastinya.”
Ferdi menambahkan, tak semua kendaraan terdampak. “Tidak seluruh kendaraan mengalami kerusakan yang sama,” katanya. Namun, ia tak menyangkal bahwa laporan dari masyarakat cukup signifikan dan tak bisa diabaikan.
Tak hanya Pertamina, Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan Kalimantan Utara pun ikut bergerak. Mereka melakukan inspeksi mendadak ke SPBU, mendampingi proses pengambilan sampel, dan mewawancarai warga yang merasa dirugikan.
Dalam investigasi awal, ORI mencatat bahwa keluhan paling banyak datang dari pengguna BBM jenis biosolar. Beberapa pengendara menyatakan, sebelum mogok, mesin kendaraan mereka terdengar tidak normal. Beberapa lain bahkan harus mengganti komponen mesin akibat kerusakan fatal.
“Dari keterangan pemilik kendaraan, mereka mendengar suara mesin tidak seperti biasanya. Kemudian juga terjadi low power pada gas,” kata salah satu pejabat ORI yang ikut dalam sidak.
Pemerintah Kota Tarakan pun ikut memantau. Namun hingga kini, belum ada pernyataan resmi tentang adanya bantuan atau kompensasi untuk warga yang terdampak. Sementara itu, warga terus bertanya-tanya: apakah BBM yang dijual selama ini benar-benar sesuai standar?
Dugaan pun bermunculan. Apakah ini murni masalah distribusi? Adakah kelalaian dalam proses penyimpanan? Atau mungkin kualitas BBM dari hulu sudah bermasalah?
Tanpa hasil uji laboratorium yang jelas, semua itu masih jadi spekulasi.
Di tengah ketidakpastian, para montir di Tarakan terus bekerja. Setiap hari, mereka membongkar mesin demi mesin yang mati mendadak. Rudy, si pemilik bengkel di Lingkas Ujung, hanya bisa berharap satu hal: “Semoga segera ada kejelasan. Supaya warga tidak terus jadi korban.”
Tarakan menunggu. Jawaban belum datang.