KALIMANTAN RAYA, NUNUKAN – Rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, semakin meriah dengan digelarnya kompetisi unik yang mengangkat tradisi lokal, yaitu Lomba Mabettang. Lomba mengikat bibit rumput laut ini menarik perhatian puluhan petani dari wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia.
Dihelat di Jalan Ujang Dewa, Sedadap, Nunukan Selatan, para petani bersaing mengisi tali tambang sepanjang belasan meter dengan bibit rumput laut dalam waktu yang sangat terbatas. Sebanyak 64 kelompok ambil bagian untuk memamerkan kecepatan, kelincahan, dan ketepatan mereka dalam mengikat bibit.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Nunukan, Asmar, membenarkan bahwa ini adalah kali pertama Lomba Mabettang digelar sebagai ajang kompetisi dalam rangka memeriahkan hari jadi kabupaten.
“Lomba Mabettang ini baru pertama kali digelar sebagai ajang kompetisi dalam rangka memeriahkan Hari Jadi Kabupaten Nunukan ke-26,” ujar Asmar saat menyaksikan antusiasme peserta.
Perlombaan ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu kelompok laki-laki dan perempuan. Setiap kelompok terdiri atas empat peserta, yang diberi waktu 10 menit untuk beradu kecepatan dan kerapian. Penilaian difokuskan pada ketepatan waktu, kerapian ikatan, dan jumlah tali tambang yang terisi penuh.
Asmar menuturkan, lomba ini lebih dari sekadar hiburan. Ia merupakan sarana strategis untuk memperkenalkan tradisi lokal masyarakat pesisir Nunukan, yang menjadikan rumput laut sebagai komoditas unggulan dan mata pencaharian utama sejak lama.
“Jadikan momen ini untuk memelihara rasa kebersamaan, menjunjung sportivitas, menjunjung tinggi fair play, serta memperkokoh persatuan dan kesatuan,” katanya.
Lebih lanjut, Asmar melihat potensi besar jika Lomba Mabettang dikelola secara berkelanjutan. “Kegiatan ini berpotensi menjadi daya tarik wisata yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir,” tambahnya.
Kabupaten Nunukan sendiri dikenal sebagai salah satu produsen rumput laut terbesar di Indonesia, khususnya jenis Eucheuma cottonii. Kondisi perairan di wilayah perbatasan dinilai sangat ideal karena mendukung budidaya sepanjang tahun.
Meskipun kompetisi berjalan sengit, Asmar berpesan agar peserta tetap menjaga rasa kesatuan dan kondusifitas. “Tetap menjaga rasa kesatuan dan kebersamaan adalah yang terpenting,” pungkasnya.





