November 26, 2024
Ekonomi

Harga Telur Meroket, Januari 2022 Kaltara Alami Inflasi 0,47%

  • Februari 6, 2022
  • 2 min read
Harga Telur Meroket, Januari 2022 Kaltara Alami Inflasi 0,47%

TARAKAN –  Meningkatnya harga komoditas telur ayam ras merupakan salah satu pemicu Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) pada Januari 2022 mengalami inflasi sebesar 0,47% month-to-month (mtm) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Tarakan yang mengalami inflasi sebesar 0,25% mtm dan Tanjung Selor mengalami inflasi sebesar 1,35% mtm.

Berdasarkan data yang dirilis Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KpwBI) Kaltara, selain komoditas telur ayam ras, inflasi pada periode Januari 2022 utamanya disebabkan oleh angkutan udara, dan sewa rumah.

“Naiknya harga telur dengan andil 0,13% disebabkan oleh kondisi cuaca yang kurang mendukung sehingga berakibat pada gelombang tinggi dan terhambatnya distribusi komoditas,” ungkap Kepala KPwBI Provinsi Kaltara, Tedy Arief Budiman melalui siaran pers.

Selain itu, naiknya harga pakan yang menyebabkan regenerasi ayam petelur menjadi terhambat juga menjadi faktor penyebab meningkatnya harga telur ayam ras. Selanjutnya, angkutan udara (andil 0,11%) mengalami kenaikan sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat dan mulai beroperasinya Bandara Tanjung Harapan di Tanjung Selor.

Kemudian kenaikan pada komoditas sewa rumah (andil 0,08%) disebabkan oleh mulai meningkatnya permintaan seiring dengan proyek Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI) di Kabupaten Bulungan yang akan dimulai pembangunannya pada tahun 2022 setelah groundbreaking pada Desember 2021 lalu.

Tanjung Selor menjadi kota dengan inflasi tertinggi ke-4 se-Indonesia. Sedangkan Kota Tarakan menjadi kota dengan inflasi tertinggi ke-81 se-Indonesia. Berdasarkan perkembangan tersebut, inflasi tahunan Provinsi Kaltara pada periode Januari 2022 sebesar 3,82% (yoy) atau masih berada di dalam kisaran sasaran inflasi 3,0% ±1% (yoy).

Inflasi Provinsi Kaltara tersebut lebih rendah dari periode sebelumnya pada bulan Desember 2021 yang tercatat sebesar 0,98% (mtm). Kondisi ini secara umum dipicu oleh berlanjutnya pemulihan permintaan domestik sejalan dengan pelonggaran PPKM dan peningkatan transmisi harga global ke domestik, serta adanya normalisasi pasca Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN) Nataru 2021/2022.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *