Kaltara Deflasi 0,21 Persen, Produksi Gabah Tembus 27 Ribu Ton
TANJUNG SELOR – Berdasarkan hasil pengamatan selama Oktober 2020 atas Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota Tarakan dan Tanjung Selor, diketahui terjadi deflasi di Kaltara 0,21 persen.
Deflasi itu dipicu terjadinya deflasi di Kota Tarakan 0,28 persen. Meski demikian, Tanjung Selor masih mengalami inflasi 0,07 persen. Jika dibanding dengan Desember 2019, Kaltara mengalami inflasi Kaltara 1,10 persen. Sedang dibanding Oktober 2019 inflasi Kaltara tercatat 2,17 persen.
Kepala Biro Perekonomian Setprov Kaltara Rohadi, mengutip keterangan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltara, Senin (2/11) mengatakan, dilihat menurut kelompok pengeluaran, dari 11 kelompok hanya beberapa yang mengalami peningkatan harga. Sisanya mengalami penurunan harga.
“Penurunan harga atau deflasi paling besar terjadi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya -0,84 persen. Ini dipicu oleh turunnya harga sabun sampai emas. Sementara untuk kelompok bahan makanan penurunan disebabkan turunnya beberapa harga komoditi seperti telur, ayam ras, tomat, cabai rawit,” kata Rohadi.
Satu-satunya kelompok pengeluaran yang mengalami perubahan harga secara positif adalah transportasi, terutama di Tarakan.
Ia menambahkan, dari 90 kota pantauan IHK nasional, pada Oktober 2020 sebanyak 66 kota mengalami inflasi dan 24 kota lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terdapat pada Kota Sibolga sebesar 1,04 persen dan inflasi terendah Kota Jember sebesar 0,01 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Manokwari sebesar -1,81 persen dan deflasi terendah Kota Surabaya sebesar -0,02.
Selain inflasi, juga dirilis luas panen padi di Kaltara. Berdasarkan hasil Survei Kerangka Sampel Area (KSA), terjadi pergeseran puncak panen padi pada 2020 dibandingkan 2019. Puncak panen padi pada 2020 terjadi pada Maret. Sementara puncak panen tahun lalu terjadi pada Februari.
Realisasi panen padi sepanjang Januari hingga September 2020 di Kaltara sebesar 8,24 ribu hektare atau naik 1.272 hektare (18,24 persen) dibandingkan 2019 yang sebesar 6,97 ribu hektare.
Sedang potensi panen sepanjang Oktober hingga Desember 2020 sebesar 3,36 ribu hektare. Dengan demikian, total potensi luas panen padi pada 2020 mencapai 11,61 ribu hektare, atau mengalami kenaikan sekitar 1.311 hektare (12,73 persen) dibandingkan 2019 yang sebesar 10,29 ribu hektare.
“Luas panen tertinggi pada 2020 diperkirakan atau berpotensi terjadi pada Desember, yaitu sebesar 2,54 ribu hektare. Adapun luas panen terendah terjadi pada November, yaitu sebesar 0,23 ribu hektare,” kata Rohadi.
Terhadap produksi padi di Kaltara, berdasarkan catatan BPS lanjut Rohadi, sepanjang Januari hingga September 2020 diperkirakan sekitar 27,18 ribu ton Gabah Kering Giling (GKG) atau naik sekitar 6.589 ton (32,00 persen) dibanding 2019 yang hanya sebesar 20,59 ribu ton GKG.
Sedang potensi produksi sepanjang Oktober hingga Desember 2020 sebesar 13,04 ribu ton GKG. Dengan demikian, total potensi produksi padi pada 2020 diperkirakan mencapai 40,22 ribu ton GKG, atau mengalami kenaikan sebanyak 6.864 ton (20,58 persen) dibandingkan 2019 yang sebesar 33,36 ribu ton GKG.
Produksi padi di Kaltara sepanjang Januari hingga September 2020 diperkirakan sekitar 27,18 ribu ton GKG atau meningkat sekitar 6.589 ton (32,00 persen) dibandingkan 2019 sebesar 20,59 ribu ton GKG.
Potensi produksi sepanjang Oktober hingga Desember 2020 sebesar 13,04 ribu ton GKG. Total potensi produksi padi pada 2020 diperkirakan mencapai 40,22 ribu ton GKG, alias naik 6.864 ton (20,58 persen) dibandingkan 2019 yang sebesar 33,36 ribu ton GKG.
Kenaikan produksi padi yang relatif besar pada 2020 terjadi di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Nunukan. Sedang penurunan produksi padi pada 2020 terjadi di Kota Tarakan.
Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi padi sepanjang Januari hingga September 2020 setara dengan 16,03 ribu ton beras atau mengalami peningkatan sebesar 3.886 ton (32,00 persen) dibandingkan 2019 yang sebesar 12,14 ribu ton.
Potensi produksi beras sepanjang Oktober hingga Desember 2020 sebesar 7.693 ton beras. Dengan demikian, potensi produksi beras pada 2020 diperkirakan mencapai 23,72 ribu ton beras, atau mengalami kenaikan sebesar 4.048 ton (20,58 persen) dibandingkan dengan produksi beras 2019 yang sebesar 19,67 juta ton.
Produksi beras tertinggi pada 2020 diperkirakan terjadi pada Desember, yaitu 5,70 ribu ton. Sementara itu, produksi beras terendah terjadi pada November, yaitu sebesar 0,52 ribu ton.
“Sama halnya dengan produksi pada 2020, produksi beras tertinggi pada 2019 terjadi pada Desember,” tutupnya.(humas)