
Kalimantan Raya, Ekonomi – Nilai ekspor Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) melalui pelabuhan setempat pada April 2025 tercatat sebesar US$113,78 juta. Angka ini turun signifikan sebesar 18,63 persen dibandingkan April tahun lalu yang mencapai US$139,84 juta. Di sisi lain, impor justru melonjak hingga 78,48 persen menjadi US$64,90 juta.
Data ini disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Utara dalam rilis resminya pada 2 Juni 2025. Meski neraca perdagangan masih mencatat surplus sebesar US$48,89 juta, nilainya menurun drastis 52,76 persen dibandingkan April 2024 yang mencapai surplus US$103,48 juta.
“Penurunan ekspor didorong oleh merosotnya ekspor hasil pertanian sebesar 58,13 persen dan hasil tambang sebesar 31,74 persen. Sementara itu, hasil industri justru meningkat 46,64 persen dibandingkan April tahun lalu,” kata Kepala BPS Kaltara, Mas’ud Rifai.
Secara kumulatif, total ekspor nonmigas Januari–April 2025 sebesar US$451,91 juta atau anjlok 56,77 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Lima negara tujuan utama ekspor Kaltara pada April 2025 adalah Tiongkok (US$40,73 juta), Filipina (US$22,67 juta), Kamboja (US$15,52 juta), Malaysia (US$12,67 juta), dan India (US$11,37 juta). Kelima negara ini berkontribusi 90,49 persen terhadap total ekspor.
Sementara itu, impor Kaltara didominasi oleh barang hasil industri senilai US$64,45 juta atau naik 79,96 persen secara tahunan. Impor dari sektor tambang turun menjadi US$0,45 juta, dan tidak ada impor hasil pertanian tercatat pada bulan tersebut.
“Impor terbesar berasal dari Tiongkok sebesar US$45,03 juta, diikuti Vietnam dan Singapura,” ungkap BPS. Total impor Januari–April 2025 tercatat US$268,37 juta, turun 21,23 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Meski masih mengalami surplus perdagangan, tren penurunan kinerja ekspor dan peningkatan impor menjadi sinyal bagi pelaku ekonomi dan pemerintah daerah untuk lebih waspada menghadapi tantangan perdagangan global maupun dalam negeri.