October 6, 2025
Nasional

Gebrak Menolak Pesta: “Belum Saatnya Buruh Bermesraan dengan Pemerintah”

  • Mei 2, 2025
  • 2 min read
Gebrak Menolak Pesta: “Belum Saatnya Buruh Bermesraan dengan Pemerintah”

Kalimantan Raya, Jakarta – Di tengah gegap gempita May Day Fiesta yang digelar di Monumen Nasional, satu arus berbeda mengalir deras ke arah gedung parlemen. Aliansi Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak) memilih jalan perlawanan: turun ke jalan, menolak bersuka ria di tengah luka struktural kelas pekerja.

Di bawah langit terik Jakarta, Ketua Umum Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), Sunarno, menyatakan sikap. Ia menyebut kondisi buruh Indonesia masih jauh dari layak, dihantui ancaman pemutusan hubungan kerja dan sistem ketenagakerjaan yang timpang.

“Ketika melihat kawan-kawan buruh yang hidup dalam posisi penderitaan karena sistem ketenagakerjaan kita yang memang belum berpihak pada kaum buruh. Kami melakukan aksi turun ke jalan dengan cara berdemonstrasi,” ujar Sunarno di depan kompleks DPR/MPR, Kamis siang, 1 Mei 2025.

Menurutnya, merayakan Hari Buruh bersama pemerintah saat ini justru tak pada tempatnya. “Belum saatnya kaum buruh bisa melakukan aksi Mayday Fiesta bersama pemerintah atau Presiden,” katanya tegas.

Lebih lanjut, ia menyebut aksi di parlemen sebagai bentuk perlawanan atas perayaan di Monas. Selama masih ada buruh yang tertindas, menurut Sunarno, berdamai dengan penguasa bukanlah pilihan. “Aksi yang kita lakukan ini juga sekaligus mengingatkan kepada kawan-kawan serikat pekerja yang lain bahwa belum saatnya untuk bermesraan atau bersama-sama dengan pemerintahan sebelum aturan-aturan atau kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada kaum buruh atau rakyat itu bisa diperlakukan,” katanya.

Sunarno juga mendesak agar pemerintah membuka ruang partisipasi buruh dalam penyusunan kebijakan. Ia berharap negara tidak tinggal diam menyaksikan badai PHK menggulung pekerja. “Caranya bagaimana? Melibatkan serikat-serikat buruh dalam pembentukan undang-undang atau peraturan-peraturan,” ujarnya.

Sekitar pukul 12.10 WIB, massa mulai memadati kawasan Senayan. Mereka melakukan long march dari depan gedung TVRI menuju gedung DPR. Bus-bus dari luar Jakarta turut menyemarakkan barisan demonstran. Berbagai atribut organisasi dibentangkan: bendera, spanduk, hingga ogoh-ogoh bergambar Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan kepala babi. Jalan Gatot Subroto lumpuh total, menyisakan satu-satunya jalur untuk bus Transjakarta.

Di antara tuntutan Gebrak: pencabutan UU Cipta Kerja, pengesahan RUU Ketenagakerjaan dan RUU PRT, penghentian penggusuran, dan penolakan campur tangan militer dalam urusan sipil. Lima poin utama mereka bentangkan sebagai bentuk protes dan penegasan arah perjuangan.

Di hari yang sama, dua wajah peringatan Hari Buruh terlihat jelas di Ibu Kota: satu meriah dan penuh panggung, satu lagi lantang di jalanan, menyuarakan luka yang belum kering.