
KALIMANTAN RAYA, TARAKAN – Insiden penikaman yang menewaskan narapidana di Lapas Kelas II A Tarakan memicu reaksi keras dari kalangan mahasiswa. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Tarakan mendesak dilakukannya evaluasi total terhadap Lapas Tarakan dan menyindir Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Kanwil Ditjenpas) Kalimantan Timur yang dinilai terkesan abai dalam merespons kasus serius ini.
Peristiwa tragis yang terjadi pada Rabu (24/9/2025) sekitar pukul 16.30 WITA tersebut menewaskan napi berinisial AT setelah ditikam oleh rekannya, AB, di bagian dada kiri.
Ketua Umum HMI Cabang Tarakan, Masaude, menyebut tewasnya narapidana akibat penikaman merupakan bukti nyata lemahnya sistem keamanan dan pengawasan di Lapas.
“Nyawa narapidana sama berharganya dengan warga negara lain. Tewasnya napi karena penikaman jelas menunjukkan adanya kelalaian yang harus dipertanggungjawabkan,” ujar Masaude, Jumat (26/9/2025).
Masaude secara khusus menyoroti sikap Kanwil Ditjenpas Kaltim. Menurutnya, diamnya Kanwil atas kasus ini hanya memperlihatkan sikap abai terhadap persoalan serius yang mencoreng citra lembaga pemasyarakatan.
HMI mendesak agar kasus ini tidak berhenti pada penindakan pelaku penikaman AB semata. Kanwil Ditjenpas Kaltim diminta segera melakukan evaluasi menyeluruh, meliputi sistem keamanan, Standar Operasional Prosedur (SOP) pengawasan blok hunian, hingga integritas petugas.
“Jika terbukti ada kelalaian, maka Kalapas Tarakan dan jajarannya harus dimintai pertanggungjawaban. Jangan hanya berhenti pada pelaku, sebab itu sama saja menutup mata terhadap akar masalah,” tegasnya.
HMI Tarakan berkomitmen mengawal kasus ini dan menuntut adanya transparansi serta akuntabilitas dari pihak berwenang. Mereka khawatir insiden ini akan menciptakan persepsi bahwa nyawa narapidana di balik jeruji dianggap murah.
Kasus ini diharapkan menjadi momentum bagi perbaikan menyeluruh dalam sistem pemasyarakatan di Kalimantan Utara.