
Kalimantan Raya, Tarakan – Di tengah riuh dinamika geopolitik dan ekonomi global, Arief Rosyid Hasan, mantan Ketua Umum PB HMI periode 2013–2015, mengajak para Alumni Himpunan Mahasiswa Islam untuk kembali memusatkan perhatian pada kerja-kerja besar tentang memperkuat kedaulatan dan memperluas kesejahteraan, terutama di Kalimantan Utara, wilayah yang ia sebut sebagai pintu masuk Indonesia.
Ajakan itu ia sampaikan dalam sebuah pertemuan hangat bersama Majelis Daerah Korps Alumni HMI (KAHMI) Tarakan, Selasa (6/5/2025), yang dihadiri alumni dari pelbagai lintas profesi. Dalam suasana yang sarat nostalgia dan semangat pengabdian, Arief membuka sambutannya dengan refleksi penuh syukur.
“Alhamdulillah, pagi ini kita bisa bersilaturahim, berbagi cerita tentang apa yang telah kita lakukan di masa lalu, bernostalgia, dan yang terpenting, membahas apa saja pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan di masa depan,” ucapnya berapi-api.
Bagi Arief, Kalimantan Utara bukan sekadar batas negara akan tetapi juga garis depan yang menentukan wibawa dan arah kebijakan bangsa. “Kita tahu bersama, Kalimantan Utara adalah pintu masuk Indonesia. Kedaulatan bangsa dan negara menjadi sangat penting, tidak hanya untuk menjaga keutuhan wilayah, tetapi juga untuk memastikan kesejahteraan masyarakat di perbatasan,” ujarnya menegaskan.
Namun, ia tak ingin kedaulatan dimaknai sebatas pengamanan teritorial. Lebih dari itu, ia menegaskan bahwa kedaulatan harus membawa makna nyata dalam kehidupan warga. “Kedaulatan harus menjadi berkah. Ia harus mampu meningkatkan kesejahteraan, memberikan akses ekonomi yang lebih baik, dan menciptakan kehidupan yang lebih layak bagi masyarakat di perbatasan,” tandasnya.
Dalam pandangannya, geliat global pun tak bisa diabaikan. Arief menyentil kebijakan proteksionis Presiden AS Donald Trump yang berdampak pada struktur ekonomi kawasan. Menurutnya, situasi ini semestinya menjadi momen refleksi sekaligus peluang bagi Indonesia dan negara-negara ASEAN.
“Kondisi ini harus menjadi momentum bagi Indonesia dan negara tetangga untuk berpikir ulang, bagaimana kita bisa membangun kolaborasi yang saling menguntungkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Ia menekankan bahwa tantangan global seharusnya menjadi bahan bakar bagi penguatan ekonomi nasional dan kerja sama kawasan, termasuk dengan Malaysia sebagai negara tetangga. “Kita harus memastikan bahwa dinamika global ini tidak melemahkan kita, tetapi justru menjadi pendorong untuk memperkuat ekonomi nasional dan regional,” ujarnya menambahkan.
Tak ketinggalan, Arief mengingatkan kembali tentang akar nilai perjuangan HMI yang bertumpu pada keumatan dan kebangsaan. “Alumni HMI memiliki tanggung jawab besar. Komitmen kita kepada umat dan bangsa adalah ruh yang harus terus hidup, di mana pun kita berada dan apa pun peran yang kita jalani,” tuturnya.
Dengan segudang pengalaman dan peran strategis para Alumni, mulai dari birokrasi, bisnis, akademisi, hingga aktivis sosial Arief menyerukan satu kata kunci yakni, sinergi. “Momentum ini sangat tepat. Dengan kapasitas masing-masing, kita harus bekerja sama, saling mendukung, dan bertanggung jawab untuk menegakkan kedaulatan serta memajukan kesejahteraan masyarakat,” katanya lugas.
Pertemuan itu pun berlanjut dalam diskusi terbuka yang menyentuh berbagai isu dari penguatan ekonomi lokal hingga pemberdayaan masyarakat perbatasan. Silaturahmi ini, lebih dari sekadar reuni, menjadi langkah awal untuk merumuskan strategi konkret bagi keterlibatan aktif Alumni HMI dalam pembangunan Kalimantan Utara dan Indonesia.
“Kita ingin Kalimantan Utara tidak hanya menjadi gerbang yang kuat dari sisi kedaulatan, tetapi juga menjadi mercusuar kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia,” pungkas Arief dengan nada optimis.