April 12, 2025
Kaltara Nasional Tarakan

LSF Ajak Masyarakat Terapkan Budaya Sensor Mandiri

  • November 12, 2024
  • 3 min read
LSF Ajak Masyarakat Terapkan Budaya Sensor Mandiri

TARAKAN – Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia (RI) menggelar sosialisasi Gerakan Nasional (Gernas) Budaya Sensor Mandiri di Hotel Tarakan Plaza, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), pada Selasa 12 November 2024. Kegiatan digelar bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kaltara.

Dalam kegiatan tersebut, LSF fokus mengajak masyarakat menerapkan budaya sensor mandiri sebagai bagian mencegah dampak negatif film. Sosialisasi tersebut mengusung tema “Penguatan Literasi Tontonan dan Media sebagai Perlindungan terhadap Siswa dan Anak Penerus Bangsa” dan melibatkan peserta dari berbagai kalangan mulai dari perangkat daerah, siswa, tokoh masyarakat, komunitas dan pegiat film, jurnalis serta tenaga didik.

Dalam sambutannya, Kepada Bidang Kebudayaan Dinas Pendidkan dan Kebudayaan Provinsi Kaltara, Long Balan mengatakan film berperan besar dalam membangun pola pikir dan perilaku masyarakat. Menurutnya, film dapat menjadi alat yang sangat efektif menyampaikan pesan, namun bisa berdampak negatif jika tidak sesuai dengan nilai. Oleh karena itu, ia mengapresiasi kegiatan ini untuk menjadi bekal bagi masyarakat untuk melakukan sensor mandiri memilah tontoan sesuai usia.

Sementara itu, Ketua Komisi III Bidang Sosialisasi LSF RI Kuat Prihatin mengatakan budaya sensor mandiri dapat dilakukan masyarakat dengan memilah dan memilih tontonan yang sesuai dengan klasifikasi usia. Ia tak menampik bahwa pengaruh film sangat berdampak bagi pola pikir masyarakat. Maka dari itu LSF memiliki tugas untuk melindungi dan memastikan masyarakat terhindar dari tontonan negatif.

“LSF itu selain tugas utamanya sensor film dan iklan film, kami juga memiliki kewajiban untuk mensosialisasikan tentang pedoman kriteria sensor kepada masyarakat,” ujarnya.

Melalui kegiatan Sosialisasi Sensor Mandiri, diharapkan seluruh pihak ikut terlibat memfilter tontonan sesuai usia. “Kami menyebut sebagai sensor mandiri, upaya kami untuk memahamkan masyarakat bahwa film selain memiliki muatan-muatan yang positif juga berpotensi memberikan pengaruh negatif apabila ditonton oleh orang yg tidak sesuai usia dan sebagai upaya untuk menyadarkan agar semantiasa memilah dan memilih tontonan sehingga terhindar dari pengaruh negatif film.Termasuk di dalamnya cerdas menggunakan sarana digital,” tuturnya.

Sepanjang tahun 2024, kegiatan semacam ini sudah dilakukan di 40 titik, salah satunya di Kota Tarakan, provinsi Kaltara. LSF juga telah melakukan sensor 41 ribu judul yang terdiri dari film layar lebar, sinetron, dan lain sebagainya.

“Tarakan dipilih karena daerah terdepan dan dekat dengan negara lainnya sehingga perlu diberikan perhatian apalagi lokasinya jauh dari pusat,” terangnya.

Hadirnya LSF di Tarakan menegaskan bahwa negara hadir dalam menjalankan perannya melindungi dan menguatkan ketahanan budaya di masyarakat. Dalam hal ini memastikan masyarakat mendapatkan tontonan yang baik dan berdampak positif. “Kita ingin memastikan negara hadir untuk melindungi warganya melalui tontonan yang membawa dampak positif,” harapnya.

Materi sosialisasi dalam kegiatan tersebut diisi oleh dua orang narasumber, yaitu Ketua Bidang Organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) sekaligus Ketua Koordinator Pemberitaan Media Online Jurnalis Kawan Anak (Jurkawan) Kota Tarakan, Ade Prasetia Cahyadi. Kemudian Ketua Sub Komisi Desa Sensor Mandiri dan Komunitas LSF RI, Hairus Salim.