Apakah kita merasa risau karena harus menunda liburan dalam musim libur lebaran tahun ini padahal sudah menabung jauh-jauh hari?. Apakah anda merasa dirugikan dan risau?, tenang anda tidak sendiri. Sektor perjalanan pun sebagai penyedia jasa lebih merasa risau lagi karena mengalami kerugian yang tidak sedikit. Sektor industri perjalanan menjadi salah satu dari sekian banyak sektor industri yang terdampak pandemi covid-19. Di seluruh dunia saat ini melakukan pembatasan sosial besar-besaran sudah diberlakukan semenjak bulan februari sehingga menyebabkan perjalanan yang akan dilakukan dibatasi secara penuh di daerah-daerah terdampak virus mengerikan ini di belahan bumi manapun.
Indonesia mengalami penurunan yang luar biasa dalam sektor pariwisata, menurut Agustini Rahayu, Kepala Biro Komunikasi Kementrian Pariwisata, Indonesia mengalami kerugian sebesar 140 trilyun dari devisa negara, padahal baru 3 bulan Indonesia terpapar virus ini.[1] Menurutnya dampak kerugian ini adalah himbauan pemerintah di seluruh dunia agar masyarakat tetap ‘stay at home’ dan ‘work from home’.
Grafik 1 Kunjungan wisatawasan mancanegara ke Indonesia (sebelum terdampak covid19)
Sumber : Databooks
Jumlah kunjungan turis asing (wisatawan mancanegara) ke Indonesia hanya 1,3 juta sepanjang Januari 2020. Angka ini menurun 8% dari Desember 2019 yang sebanyak 1,4 juta, tetapi lebih tinggi dari kunjungan Januari 2019 yang sebesar 1,2 juta. Kunjungan terbanyak melalui pesawat terbang sebesar 796,9 ribu, sedangkan paling sedikit melalui jalur darat sebanyak 167,5 ribu. Turis paling banyak masih dari Malaysia, yaitu sebanyak 206,5 ribu kunjungan atau 16,24% dari total kunjungan. Tiongkok menyusul sebanyak 181,3 ribu kunjungan, lebih tinggi dari Desember 2019 yang sebesar 154,2 ribu dan Januari 2019 yang sebesar 178,7 ribu. Bayangkan di bulan januari saja mengalami penurunan yang signifikan apalagi bulan setelahnya sampai dengan akhir bulan april ini.
Bagaimana dengan penerbangan? Indonesia yang dikenal indonesia sebagai negara kepulauan, tiap pulau berjarak ratusan kilometer, maka untuk mengunjungi pulau satu ke pulau lainnya transportasi penerbangan paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Selama 3 bulan Indonesia terdampak virus ini, industri penerbangan mendapat dampak yang amat besar dari masalah ini. Karena beberapa beberapa penerbangan mengkandangkan pesawat dan menunda jadwal penerbangan secara besar-besaran. Untuk di Indonesia, beberapa maskapai mengkandangkan pesawatnya dan beberapa rutenya karena keputusan pemerintah untuk pembatasan sosial, seperti maskapai berplat merah Garuda Indonesia, mengkandangkan 30 pesawatnya di Bandara Internasional Soekarno Hatta. AirAsia 90persen lebih pesawatnya dikandangkan, mengalami industri ini mengalami kerugian? Tentu karena menurut ahli kesehatan dunia Emily Landon mengatakan, Direktur Antimicrobial Stewardship and Infection Control di University of Chicago Medicine, menyebut bahwa kunci persebaran virus di pesawat ialah “waktu dan jarak”. Orang akan mudah menyebarkan virus yang diidapnya ke orang lain yang berjarak tak jauh dari 2 meter dan berinteraksi tak lebih dari 10 menit.
Sebagai penunjang pariwisata, sektor akomodasi seperti perhotelan dan restoran pun mengalami dampak yang sama juga, di Palembang contohnya salah satu hotel berbintang di kota tersebut merumahkan hampir setengah karyawannya karena sampai dengan saat ini occupancy hotel tersebut hanya berada dibawah 10 persen, terburuk dalam sejarah berdirinya hotel tersebut. Alasan merumahkan karyawan tersebut karena pendapatan hotel minus jauh sekali. Pihak hotel pun menginisiasi untuk mendapatkan profit dengan menjual makanan atau ricebowl dengan berbagai menu. Malah sampai pihak hotel memberikan gratis ongkir kepada pembeli.
Pemerintah menyiapkan tiga strategi untuk mengantisipasi penurunan kinerja pariwisata. Pertama, mendorong wisatawan domestik. Kedua, mengalihkan rute penerbangan Tiongkok menjadi rute dalam negeri. Ketiga, mempromosikan alternatif tujuan pariwisata. Selain itu, pemerintah juga memberikan insentif pada sektor pariwisata sebesar Rp298 miliar yang diharapkan memberikan dampak untuk mengakselerasi wisatawan dengan target sebesar 736 ribu yang difokuskan ke pasar-pasar lain selain cina yaitu di negara seperti Australia, Amerika, dan Eropa. Pariwisata memang menjadi magnet tersendiri untuk Indonesia, retribusi yang tinggi dapat memberikan dampak positif luar biasa, khususnya untuk masyarakat yang bekerja di sektor kepariwisataan,
Penulis : Muh Satrian Duva Dama, Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran.