
Kalimantan Raya, Nasional – Kegiatan retret pelajar Kristen yang digelar di sebuah rumah singgah di Desa Tangkil, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, berujung insiden. Sekelompok warga membubarkan acara tersebut secara paksa pada Jumat, (27/6), disertai aksi perusakan terhadap bangunan dan fasilitas di lokasi.
Dalam video yang viral di media sosial, tampak massa menurunkan salib, memecahkan kaca jendela, dan menghancurkan kursi, meja, serta gerbang rumah. Satu unit motor dan fasilitas MCK juga ikut dirusak. Kegiatan tersebut diketahui diikuti oleh sejumlah pelajar dan dilaksanakan di rumah milik seorang warga bernama Nina, yang digunakan sebagai tempat ibadah sementara.
Kepala Desa Tangkil, Ijang Sehabudin, menyatakan peristiwa bermula dari ketidakterimaan warga atas penggunaan rumah tersebut sebagai tempat ibadah. Menurutnya, pemilik rumah telah diimbau agar tidak menggelar kegiatan keagamaan di sana, namun imbauan itu tidak diindahkan.
“Aksi warga terjadi secara spontan sebagai bentuk protes,” ujar Ijang.
Pihak kepolisian menyebut bahwa bangunan tersebut bukanlah gereja resmi dan diduga digunakan sebagai tempat ibadah tanpa izin. Meski demikian, Polres Palabuhanratu bersama Polda Jabar bergerak cepat melakukan penyelidikan. Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyatakan bahwa tujuh orang telah ditetapkan sebagai tersangka.
“Tujuh pelaku perusakan sudah ditangani kepolisian. Proses hukum akan terus berjalan,” kata Dedi dalam pernyataan resminya, Selasa (1/7).
Dedi juga mengajak masyarakat menjaga ketenangan dan menghormati kebebasan beragama.
“Mari kita jaga semangat toleransi dalam kehidupan bermasyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) mengecam keras pembubaran tersebut. Sekretaris DPD GAMKI Bogor, Andry Simorangkir, menilai kejadian itu sebagai bentuk nyata intoleransi yang melukai semangat kebangsaan dan kebebasan beragama.
“Tindakan itu melanggar hak konstitusional warga negara,” tegasnya.
GAMKI juga menyebut adanya dugaan intimidasi terhadap peserta retret yang mayoritas merupakan pelajar. Mereka meminta aparat tidak hanya menindak pelaku perusakan, tetapi juga menjamin perlindungan bagi kelompok minoritas dalam menjalankan keyakinannya.
Pasca insiden, pihak kepolisian dan tokoh masyarakat telah menggelar musyawarah demi meredam ketegangan. Situasi di Desa Tangkil kini dilaporkan berangsur kondusif, meski upaya pemulihan dan pendampingan korban terus dilakukan.