
Kalimantan Raya, Tarakan – Aksi solidaritas untuk Palestina kembali menggema di Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Sabtu sore (2/8), Puluhan warga yang tergabung dalam komunitas Free Palestine Network (FPN) menggelar demonstrasi damai di pusat kota sebagai bentuk protes terhadap genosida dan blokade yang terjadi di Jalur Gaza. Aksi ini berlangsung dari pukul 14.00 hingga 17.00 WITA.
Koordinator Lapangan aksi, Ahmad Safrani, menjelaskan bahwa kegiatan ini diinisiasi oleh berbagai paguyuban lokal, khususnya komunitas pro-Palestina di Kalimantan. Mereka menyoroti agresi Israel yang didukung sekutu internasional, termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Arab tertentu, yang dinilai memperparah penderitaan rakyat Palestina.
“Aksi ini adalah respon terhadap kejahatan kemanusiaan di Gaza. Kami membawa simbol seperti panci dan baju putih. Panci menandakan kelaparan yang dialami warga Palestina akibat blokade, sedangkan baju putih melambangkan kematian yang tidak terekspose media,” ujar Safrani saat ditemui di lokasi unjuk rasa.
Menurutnya, simbol-simbol tersebut menjadi bentuk visualisasi penderitaan warga Gaza yang tidak hanya disebabkan serangan Israel, tetapi juga penutupan perbatasan Rafah oleh Mesir. “Pintu kemanusiaan itu ditutup. Tidak ada bantuan medis, pangan, atau obat yang masuk. Dan itu sama saja dengan membunuh secara perlahan,” tegasnya.
Safrani juga menyerukan kepedulian masyarakat Kalimantan Utara, khususnya Tarakan, untuk tidak tinggal diam terhadap isu kemanusiaan ini. “Kita memang jauh dari Gaza, tapi nurani dan solidaritas tak mengenal jarak. Gelora hati kita membela kemerdekaan Palestina,” katanya.
Salah satu peserta aksi, Rusdi, juga menyampaikan kritik tajam terhadap negara-negara tetangga yang dinilai abai terhadap tragedi kemanusiaan di Gaza. “Mesir justru menutup pintu Rafah, menghalangi bantuan kemanusiaan masuk. Sementara banyak negara lain ingin membantu, tapi terhambat,” ungkapnya lantang.
Ia mengingatkan bahwa persoalan Palestina bukan sekadar isu agama atau bangsa, melainkan murni kemanusiaan. “Anak-anak Palestina banyak yang meninggal, mengalami gizi buruk, dan hidup tanpa akses kesehatan. Nilai kemanusiaan itu milik semua orang, dan kita semua punya tanggung jawab moral untuk bersuara,” tandas Rusdi.
Aksi damai ini berlangsung tertib dengan pengawalan aparat, dan diwarnai orasi serta doa bersama untuk keselamatan warga Gaza. Para peserta berharap suara mereka bisa menjadi bagian dari tekanan moral internasional agar kekejaman di Palestina segera dihentikan.