Kalimantan Raya, Kaltara – Kongres Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) 2025 resmi menetapkan wartawan senior, Akhmad Munir atau akrab disapa Cak Munir, sebagai Ketua Umum PWI Pusat periode 2025–2030.
Dalam kongres yang digelar di Balai Pelatihan dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (BPPTIK) Komdigi, Cikarang, Kabupaten Bekasi, 29–30 Agustus 2025, Cak Munir meraih 52 dari total 87 suara sah peserta penuh. Dukungan mayoritas ini mengantarkannya menduduki kursi tertinggi organisasi wartawan tertua di Indonesia.
Dinamika PWI Kaltara
Di balik kemenangan tersebut, PWI Kalimantan Utara (Kaltara) ikut menorehkan cerita. Meski tengah dilanda gejolak internal, mayoritas pengurus dan anggota kompak mendukung Cak Munir.
Ketua PWI Kaltara, Nicky Saputra Novianto, justru memilih mendukung kandidat lain, Hendry Ch Bangun. Sikapnya yang menyebut pemilihan Ketua Umum sebagai hak prerogatif ketua provinsi menuai penolakan.
Sejumlah PWI kabupaten/kota – Tarakan, Nunukan, hingga Bulungan – menggelar rapat beruntun pada 22–24 Agustus 2025. Hasilnya, mosi tidak percaya terhadap Nicky dikumandangkan secara terbuka. Anggota PWI Kaltara pun sepakat menyingkirkan ego pribadi demi menjaga marwah organisasi.
Mandat Baru dan Intrupsi
Ketegangan berlanjut hingga pleno 26 Agustus yang melahirkan mandat baru. Melalui keputusan Sekjen PWI Kaltara dan Dewan Kehormatan (DK), Ketua PWI Tarakan Muhammad Rizal bersama Ketua SIWO Kaltara Eliazar Simon ditunjuk sebagai pembawa amanat anggota ke kongres.
Namun perjuangan keduanya menghadapi jalan terjal. ID Card peserta baru mereka peroleh pada Jumat malam (29/8), itu pun bukan sebagai peserta penuh yang memiliki hak suara.
“Kami sudah berusaha memperjuangkan hak suara dengan menyampaikan intrupsi sebelum pembacaan tatib. Tapi Steering Committee tetap berpendapat bahwa ketua provinsi memiliki hak prerogatif masuk bilik suara, meski kami sudah melampirkan mosi tidak percaya serta mandat sah dari Sekjen dan DK,” ujar Eliazar Simon.
Nada kecewa turut disampaikan Muhammad Rizal. “Setelah menyampaikan intrupsi, kami justru diminta keluar dari forum karena dianggap bukan peserta penuh. Padahal jelas ini bertentangan dengan PD/PRT. Kongres seharusnya dijalankan dengan sah dan demokratis,” tegasnya.
Akhir Manis untuk PWI
Kendati suara PWI Kaltara tak sepenuhnya tersalurkan, hasil akhir tetap membawa kabar gembira. Cak Munir menang telak dan dipercaya memimpin PWI Pusat lima tahun ke depan.
“Meski penuh rintangan, endingnya kemenangan sudah di tangan dan siap kita bawa pulang. Ini kemenangan seluruh insan pers, bukan hanya Cak Munir,” tandas Sekretaris PWI Kaltara, Aswar Halim.
Dengan terpilihnya Cak Munir, PWI Kaltara berharap ada rekonsiliasi besar yang menyatukan kembali langkah organisasi. Tanpa figur ketua definitif sekalipun, mereka berkomitmen tetap menjaga marwah PWI dan berdiri di garis depan perjuangan pers di Kalimantan Utara.





