TANJUNG SELOR – Sejak diluncurkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) di Kalimantan Utara (Kaltara) membawa perubahan yang signifikan. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Kaltara, Sigit Muryono mengungkapkan, dalam waktu enam bulan, program ini telah meningkatkan kapasitas 233 pendidik dari 25 Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Bulungan dan Malinau.
Artinya, program ini telah mengubah cara pikir dan keterampilan mengajar guru. Guru kini mampu mendesain pembelajaran yang lebih kreatif. Selain itu, mereka juga sudah bisa menggunakan media pembelajaran dari benda-benda di sekitar sekolah. “Jumlah ini akan terus bertambah seiring meluasnya jangkauan program. Hasilnya proses pembelajaran lebih produktif, siswa lebih senang belajar dan menunjukkan respon belajar yang positif,” kata Sigit. Disebutkannya, program INOVASI memang dirancang untuk membantu daerah mengenali masalah pendidikan setempat dan mencarikan solusi berbasis potensi lokal.
Ia menambahkan kerja sama antara semua pemangku kepentingan menjadi kunci perubahan di sekolah. INOVASI, lanjutnya telah memberikan dukungan teknis kepada sekolah, sedangkan pemerintah membuat kebijakan dan anggaran untuk mendorong sekolah berubah.
Diakuinya, dalam waktu enam bulan, sekolah mitra INOVASI sudah mampu mengidentifikasi masalah literasi kelas awal dan mendesain pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah itu. “Guru-guru semakin percaya diri menerapkan pembelajaran aktif. Mereka juga mampu memanfaatkan potensi yang ada di sekitarnya sebagai sumber pembelajaran,” ucapnya.
Berdasarkan hasil Assesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) Kemendikbud, kemampuan membaca siswa SD Kaltara berada dua poin di bawah rata-rata nasional. Kondisi ini, kata Sigit, perlu segera diperbaiki, karena membaca merupakan alat untuk belajar. “Tanpa bisa membaca, anak akan kesulitan untuk belajar di kelas selanjutnya,” jelas Sigit.
Sigit mengatakan, bahwa untuk menjamin keberlanjutan program ke depan, perlu upaya pengembangan keprofesian berkelanjutan guru. “Jadi sistemnya yang harus kita pikirkan supaya Inovasi tetap bias berjalan,” katanya. Karena itu, dinas terkait dan kementerian perlu memikirkan supaya fasilitator daerah (Fasda) ada di dalam sistem pendidikan. Dengan adanya fasda yang pekerjaannya diakui maka keberlanjutan penjaminan mutu bisa terus berlangsung.(humas)