SFH Tuntut Kolaborasi Pelajar, Orangtua dan Guru
TANJUNG SELOR – Menyesuaikan dengan keadaan di tengah mewabahnya Covid-19 di Kalimantan Utara (Kaltara), maka para pelajar khususnya pada jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) baik negeri maupun swasta harus mematuhi kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk belajar dari rumah atau study from home (SFH). Hal ini ditindaklanjuti oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltara.
Pelaksana harian (Plh) Kepala Disdikbud Kaltara, Firmanannur menyebutkan, dalam pelaksanaan belajar dari rumah ini, sangat menuntut kolaborasi yang aktif antara guru, siswa dan orantua agar pembelajaran yang diberikan efektif. “Dari tingkat efektivitasnya, memang kebijakan SFH ini kurang efektif. Lebih efektif belajar normatif di sekolah. Namun ada sejumlah kelebihan lain yang muncul seiring dengan proses adaptasi dunia pendidikan atas kebijakan ini,” tuturnya saat menjadi narasumber pada Respons Kaltara (ResKal), Rabu (6/5).
Kelebihan itu, antara lain diketahuinya bahwa peran guru sulit digantikan, munculnya kepedulian dan soliditas terhadap sesama, dan munculnya berbagai ide dan gagasan baru dalam dunia pendidikan di Kaltara. “Pembelajaran pada metode ini, ada yang dilakukan secara daring (dalam jaringan) juga non daring. Untuk yang daring, tak semuanya dilakukan secara interaktif, adapula yang non interaktif. Sementara yang non daring, ini diberikan kepada pelajar di daerah yang kesulitan jaringan,” jelasnya.
Proses pembelajaran dari rumah di Kaltara, dilakukan dengan 2 jam pelajaran per hari. Mulai pukul 08.00 hingga 11.30 Wita. “Dalam prosesnya, untuk pemberian tugas, pelajar tak dibebani dengan tugas yang berat. Sebab, metode ini tidak mengukur pencapaian secara kuantitatif namun kualitatif,” urainya.
Pertemuan antara pelajar dan guru, dilakukan lewat aplikasi interaktif seperti Zoom Cloud Meeting. Tapi disarankan pula menggunakan media belajar lainnya, seperti Ruang Guru, Ruang Belajar, dan lainnya. “Untuk pelaporan kegiatan mengajar para guru sendiri, disampaikan secara daring melalui grup WA setiap hari. Grup ini berisi 95 kepala sekolah SMA/SMK dan SLB swasta dan negeri di Kaltara,” ungkapnya.
Dari sisi pengajar sendiri, Yuli Handayani, Guru Bimbingan Konseling (BK) SMA Negeri 1 Tanjung Selor mengakui bahwa dalam situasi ini, peran guru menjadi semakin penting. Utamanya, guru BK. “Guru adalah figur anak-anak. Dalam belajar dari rumah ini, pelajar mendapatkan banyak pelajaran. Diantaranya save regulation learning, atau kemampuan dirinya mengontrol atau mengatur waktu dan membentuk karakternya sendiri. Berbeda dengan di sekolah, mereka diawasi guru,” kata Yuli.
Diakui Yuli, pelajar sulit termotivasi belajar dengan baik pada kondisi ini. Untuk itu, diperlukan upaya untuk memicu keinginan belajar mereka. “Kami melakukan home visit ke rumah-rumah pelajar. Utamanya, pelajar yang kurang respek terhadap kegiatan belajar dari rumah,” jelasnya.
Absensi tetap berjalan seperti biasa. “Untuk pengajaran tiap hari, dilakukan piket guru. Artinya bergantian tiap hari,” tuturnya.
Sebagai informasi, di tengah pandemi ini, ternyata tingkat kelulusan siswa SMA/SMK dan SLB di Kaltara cukup baik. Dari catatan Disdikbud Kaltara, untuk jenjang SMA dari jumlah siswa kelas XII sebanyak 5.183 orang, yang lulus sebanyak 5.174 atau 99,91 persen. Sementara untuk SMK, jumlah siswa terdaftar sebanyak 2.824 orang, yang lulus sebanyak 2.811 orang atau 99,70 persen.(humas)